CINTA BERSEMI DI SEPEDA
Cerpen Muhammad Aqib
Namaku Aqib, aku banyak memiliki
hobi, tapi hobi yang paling kusuka adalah bersepeda. Sore ini aku akan pergi
bersepeda ke pantai ber sama teman ku yang bernama Nia dia adalah sahabatku
yang paling baik, aku memiliki rasa yang lebih ke dia. Sore ini aku ingin me
nembak dia, dan memberinya hadiah sebuah gantungan kunci ber bentuk sepeda.
Menjelang senja, akmu menghampiri
Nia ke rumahnya.
“Nia, Nia.”
“Iya... Aqib, tunggu sebentar.”
“Oke.”
Beberapa menit kemudian.
“Maaf... sudah membuatmu menunggu
lama.”
“Ya gak apa apa.. jadi ke pantai
sekarang?”
“Jadilah.”
“sepeamu bagus juga Nia.”
“Sepedamu juga bagus, Yuk kita
berangkat.”
“yuk.”
Kami bersepeda di jalan yang beranah
basah. Kanan kiri banyak pohon yang mengiasi jalan yang kami lewati. Angin yang
sepoi-sepoi menggerakkan pohon, menjadinya begitu indah. Kami berhanti untuk
ber istirahat.
“Nia, apa kau haus?”
“Nia, apa kau haus?”
‘Aku haus banget Qib.”
“Ini aku kasih air mineral.”
“Terimakasih ya Qib.”
Kami berjalan samil membawa sepeda
dengan wajah yang riang.
“Oya, sepeda kamu kok bagus, belinya
dimana?”
“Sepeda ini pemberian dari Kakek.
Aku sangat suka dengan sepeda ini.”
“Oh..., Yuk kita naiki sepeda kita,
biar cepat sampai ke pantai.
“Yuk.”
Kami pun menaiki sepeda, agar lebih
ept sampai di pantai. Dan sampailah kami di pantai.
“Lihat, senja sudah tiba.”
“Yeah.. Matahari sudah hampir
terbenam. Untung kita epat tadi.”
“iya, untung.”
Lantas kami didik di sebuah bangku
tepi pantai. Dan sepeda kami bersebelahan dengan tempat duduk kami. Bangku tepi
pantai itu menghadirkan panorama senja yang begitu indah. Kemudian kami
memandang kearah Matahari. Yang semakin mendekati laut.
“Nia, kita sudah kenal berapa
bulan?”
“Enggak tahu, emang kenapa?”
“Gini, aku mau ngomong sesuatu nih.”
“Ngomong apa.”
“Mmm... kita kan sudah kenal
beberapa bulan. Jadi aku merasakan sesuatu yang ingin ku katakan pada mu. Aku
suka sama kamu semenjak rasa ini muncul saat pertama bertemu, tapi aku memendam
rasa ini. Mau gak kamu menjadi pacar ku?” sambil aku memberinya hadiah gantungn
kunci berbentuk sepeda dengan menunduk di depannya.
“Aku Juga suka sama kamu.”
“Jadi kamu menerimanya?”
“Ya.. terimakasih atas hadiah nya,
bagus.”
“Makasi...” sambil aku mencium
tangannya.
“sama sama.” sautnya dengan senyum.
Pantai begitu kosong, tapi sama
sekali tidak sepi. Ketuka matahari mulai terbenam serentak langit meyala-nyala
dan angin membuat pohon nyiur berdesah sementara dahan dan daunnya yang
kehitaman seperti melambai-lambai menggapai semacam lagu yang bertiup dari arah
laut menyusur sepanjang tepi pantai mengendap diantara celah karang yang
dihantam gelombang dan buihnya mendesis di pantai begitu perlahan. Begitu senja
telah berubah menadi malam, kami menaiki sepeda kami.
“Hari yang begitu indah ya Nia.”
“Menuruku juga begitu.”
Kami kembali kejalan yang kita lalui
tadi, terasa berbeda. Dengan sepeda yang tak berisi lampucahaya bulan yang
bersinar seperti menuntun kami pulang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar