Label

Jumat, 04 April 2014

cerpen


CINTA BERSEMI DI SEPEDA
Cerpen Muhammad Aqib

Namaku Aqib, aku banyak memiliki hobi, tapi hobi yang paling kusuka adalah bersepeda. Sore ini aku akan pergi bersepeda ke pantai ber sama teman ku yang bernama Nia dia adalah sahabatku yang paling baik, aku memiliki rasa yang lebih ke dia. Sore ini aku ingin me nembak dia, dan memberinya hadiah sebuah gantungan kunci ber bentuk sepeda.
Menjelang senja, akmu menghampiri Nia ke rumahnya.
“Nia, Nia.”
“Iya... Aqib, tunggu sebentar.”
“Oke.”
Beberapa menit kemudian.
“Maaf... sudah membuatmu menunggu lama.”
“Ya gak apa apa.. jadi ke pantai sekarang?”
“Jadilah.”
“sepeamu bagus juga Nia.”
“Sepedamu juga bagus, Yuk kita berangkat.”
“yuk.”
Kami bersepeda di jalan yang beranah basah. Kanan kiri banyak pohon yang mengiasi jalan yang kami lewati. Angin yang sepoi-sepoi menggerakkan pohon, menjadinya begitu indah. Kami berhanti untuk ber istirahat.
“Nia, apa kau haus?”
‘Aku haus banget Qib.”
“Ini aku kasih air mineral.”
“Terimakasih ya Qib.”
Kami berjalan samil membawa sepeda dengan wajah yang riang.
“Oya, sepeda kamu kok bagus, belinya dimana?”
“Sepeda ini pemberian dari Kakek. Aku sangat suka dengan sepeda ini.”
“Oh..., Yuk kita naiki sepeda kita, biar cepat sampai ke pantai.
“Yuk.”
Kami pun menaiki sepeda, agar lebih ept sampai di pantai. Dan sampailah kami di pantai.
“Lihat, senja sudah tiba.”
“Yeah.. Matahari sudah hampir terbenam. Untung kita epat tadi.”
“iya, untung.”
Lantas kami didik di sebuah bangku tepi pantai. Dan sepeda kami bersebelahan dengan tempat duduk kami. Bangku tepi pantai itu menghadirkan panorama senja yang begitu indah. Kemudian kami memandang kearah Matahari. Yang semakin mendekati laut.
“Nia, kita sudah kenal berapa bulan?”
“Enggak tahu, emang kenapa?”
“Gini, aku mau ngomong sesuatu nih.”
“Ngomong apa.”
“Mmm... kita kan sudah kenal beberapa bulan. Jadi aku merasakan sesuatu yang ingin ku katakan pada mu. Aku suka sama kamu semenjak rasa ini muncul saat pertama bertemu, tapi aku memendam rasa ini. Mau gak kamu menjadi pacar ku?” sambil aku memberinya hadiah gantungn kunci berbentuk sepeda dengan menunduk di depannya.
“Aku Juga suka sama kamu.”
“Jadi kamu menerimanya?”
“Ya.. terimakasih atas hadiah nya, bagus.”
“Makasi...” sambil aku mencium tangannya.
“sama sama.” sautnya dengan senyum.
Pantai begitu kosong, tapi sama sekali tidak sepi. Ketuka matahari mulai terbenam serentak langit meyala-nyala dan angin membuat pohon nyiur berdesah sementara dahan dan daunnya yang kehitaman seperti melambai-lambai menggapai semacam lagu yang bertiup dari arah laut menyusur sepanjang tepi pantai mengendap diantara celah karang yang dihantam gelombang dan buihnya mendesis di pantai begitu perlahan. Begitu senja telah berubah menadi malam, kami menaiki sepeda kami.
“Hari yang begitu indah ya Nia.”
“Menuruku juga begitu.”
Kami kembali kejalan yang kita lalui tadi, terasa berbeda. Dengan sepeda yang tak berisi lampucahaya bulan yang bersinar seperti menuntun kami pulang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar