Label

Rabu, 03 Februari 2016

Contoh Makalah Tentang MOS

PRAKTIK KEKERASAN DALAM PELAKSANAAN
MOS (MASA ORIENTASI SISWA) DI INDONESIA





DISUSUN OLEH
1.      FAIQUL MUHAIMIN
2.      M. YORDAN ALDISAR
3.      MUHAMMAD ALVIN MA’ARIF
4.      MUHAMMAD AQIB


KEMENTERIAN AGAMA
MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 KUDUS
Prambatan Kidul, Kaliwungu, Kudus Telpon (0291) 431184,Kudus 59331


1.      PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Masa Orientasi Siswa atau biasa disebut MOS merupakan proses adaptasi bagi para peserta didik baru dalam mengenali habitat/lingkungan sekolah. Dalam hal ini siswa akan mengalami masa bimbingan dibawah pengawasan panitia yang umumnya berasal dari pihak pengurus OSIS dan berada dibawah pengawasan guru.
Namun, pelaksanaan MOS yang biasa diadakan di beberapa sekolahan di Indonesia mengalami beberapa kendala terutama dalam hal tata cara pelaksanaannya, misalnya dalam hal atribut seorang calon peserta didik diharuskan membuat atribut dari bahan tertentu yang sudah ditentukan oleh panitia namun atributnya bukan sembarang atribut, seorang peserta didik baru yang memakai atribut  memakai atribut tersebut merasa ia seperti ditindas layaknnya Belanda menjajah Indonesia. Selain itu di beberapa sekolahan juga menerapkan hukuman fisik yang cukup berat bagi siswa yang berani menentang perintah dari panitia OSIS atau kakak senior di sekolah.
1.2  Rumusan Masalah
Dari paparan diatas kami menyimpulkan terdapat beberapa masalah yakni seperti berikut:
a.       mengapa kekerasan sering terjadi dalam pelaksanaan MOS di Indonesia?
b.      apa perbedaan antara pelaksanaan MOS di Indonesia dengan pelaksanaan MOS di luar negeri?
c.       Bagaimana Solusi untuk mencegah praktik kekerasan yang sering terjadi didalam pelaksanaan MOS di Indonesia?




1.3  Tujuan
a.       Memberikan wawasan kepada para pembaca mengenai berbagai penyalahgunaan MOS di Indonesia
b.      Memberikan paparan kepada para pembaca tentang perbedaan antara pelaksanaan MOS di Indonesia dengan pelaksanaan MOS di luar negeri

2. PEMBAHASAN
2.1 Hakikat MOS
            Kita sebagai seorang pelajar harusnya tahu, bahwa hakikat dari MOS adalah pembentukan karakter dan sikap peserta didik baru yang disesuaikan dengan tata tertib di sekolah baru yang ia tempati. Hal ini bertujuan agar para peserta didik dapat cepat menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi dari sekolah yang mereka tempati. Namun mengapa sering terjadi praktik kekerasan dalam MOS?. Kekerasan disini dapat kita bedakan menjadi 2, yang pertama karena faktor kasih sayang, dapat diartikan bahwa panitia ingin membentuk karakter siswa yang bisa membuatnya berpikiran maju dan dapat memajukan sekolahnya.
Yang kedua karena factor sebagai penguasa, dapat diartikan layaknya Belanda menjajah Indonesia, kita ketahui sendiri bahwa Indonesia menduduki peringkat pertama dalam hal kasus bully di sejumlah sekolah di Indonesia dan inilah praktek yang sering kita jumpai tatkala terdapat event MOS, para panitia/kakak senior semena-mena dalam mendidik  adik-adiknya menjadi insan yang mulia mereka ingin membalas dendam perlakuan keras kakak senior terdahulunya dengan memberlakukan hukuman fisik atau kekerasan terhadap para peserta didik baru dan hukuman tersebut terlalu berlebihan dan memberatkan para peserta didik. Dan hal tersebut juga dapat memakan korban seperti halnya berita akhir-akhir ini yang mengabarkan puluhan peserta didik baru meninggal gara-gara MOS, misal Evan Christopher Situmorang meninggal dikarenakan kelelahan saat mengikuti MOS.
2.2 Perbedaan Pelaksanaan MOS di Indonesia dan di Luar Negeri

            Pelaksanaan MOS di Indonesia berbeda dengan di Luar Negeri dalam segi pelaksanaan sudah sangat berbeda misal dalam hal pemakaian atribut di Indonesia diperlakukan seperti halnya memakai atribut yang aneh seperti halnya pemulung. Ada beberapa factor yang pertama Lebih mengedepankan “siksaan” fisik daripada tujuan orientasi sekolah itu sendiri, yang kedua adalah budaya penjajahan untuk bangsa yang terjajah maksudnya dalam pelaksanaan MOS para panitia dianggap menindas atau memperlakukan para peserta didik baru dengan semena-mena atau bisa dikatakan menggunakan kekerasan.
Kemudian mengenai pelaksanaan MOS di luar negeri sangat berbeda sekali dengan pelaksanaan MOS di Indonesia, disana pelaksanaan MOS di lakukan dengan menjunjung tinggi HAM, jadi siswa yang melakukan MOS di sana diperlakukan dengan wajar dan jikalau para peserta didik itu melakukan suatu kesalahan, cukup hanya dengan lisan setelah itu akan diberikan motivasi dan juga pengarahan yang dapat merangsang otak agar dapat berpikir maju. Maka dari itulah, pendidikan di luar negeri dapat menciptakn generasi yang berpikiran maju dan memiliki SDM yang tinggi sehingga, dapat memajukan bangsa dan Negara nya sendiri.

2.3 Solusi pelaksanaan MOS di Indonesia
            Berikut merupakan beberapa solusi yang dapat mengantisipasi penggunaan kekerasan dalam MOS terutama di wilayah Indonesia di antaranya
1.      Kepala Sekolah dapat melakukan sosialisasi mengenai prosedur pelaksanaan MOS.. kepada para panitia  sebelum kegiatan tersebut berlangsung
2.      Pembuatan Web yang sekarang ini sudah berjalan dari pihak Kemendiknas, yang bertujuan agar siswa yang merasa diperlakukan kasar saat MOS berlangsung dapat diungkapkan lewat website tersebut, agar dapat ditindak lanjuti dari pihak Kemendiknas.
3.      Jikalau sampai terjadi korban jiwa saat pelaksanaan MOS pihak kepolisian dan juga gabungan tim penyidik lain dapat melakukan olah TKP dan jika terbukti pihak sekolah dapat dikenai sanksi.




4.      PENUTUP

4.1  Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan MOS di Indonesia perlu mendapatkan perhatian khusus dari pihak Kemendiknas, sekolah dan juga masyarakat setempat agar dapat meminimalisir korban akibat kekerasan dalam MOS. Selain itu terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara pelaksanaan MOS di Indonesia dengan luar negeri misal dalam hal persyaratan dalam mengikuti MOS para pesserta didik baru di Indonesia diharuskan membawa atribut yang aneh, dimana para peserta didik itu merasakan dirinya itu diperlakukan layaknya pengemis atau rakyat yang ditindas, sedangkan di luar negeri para peserta didik baru masuk menggunakan seragam yang layak diperlakukan dengan sangat baik dan di didik dengan penuh kasih sayang dan diberi motivasi agar bisa menjadi generasi yang dapat memajukan bangsa dan negara

4.2  Saran
a.       Sebaiknya pelaksanaan MOS di Indonesia perlu mendapat perhatian khusus dan perlu mendapat pengawasan terutama dari pihak sekolah, agar praktik kekerasan terhadap siswa MOS tidak terjadi.
b.      Selain itu pihak Kemendiknas juga ikut turun tangan dalam mengatur prosedur pelaksanaan MOS di Indonesia, supaya tidak ada lagi korban akibat senioritas saat MOS berlangsung.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar