PRAKTIK KEKERASAN DALAM
PELAKSANAAN
MOS (MASA ORIENTASI SISWA) DI
INDONESIA
DISUSUN OLEH
1.
FAIQUL MUHAIMIN
2.
M. YORDAN ALDISAR
3.
MUHAMMAD ALVIN MA’ARIF
4.
MUHAMMAD AQIB

KEMENTERIAN AGAMA
MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 KUDUS
Prambatan
Kidul, Kaliwungu, Kudus Telpon (0291) 431184,Kudus 59331
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa Orientasi Siswa atau biasa disebut MOS
merupakan proses adaptasi bagi para peserta didik baru dalam mengenali
habitat/lingkungan sekolah. Dalam hal ini siswa akan mengalami masa bimbingan
dibawah pengawasan panitia yang umumnya berasal dari pihak pengurus OSIS dan
berada dibawah pengawasan guru.
Namun, pelaksanaan MOS yang biasa diadakan di
beberapa sekolahan di Indonesia mengalami beberapa kendala terutama dalam hal
tata cara pelaksanaannya, misalnya dalam hal atribut seorang calon peserta
didik diharuskan membuat atribut dari bahan tertentu yang sudah ditentukan oleh
panitia namun atributnya bukan sembarang atribut, seorang peserta didik baru
yang memakai atribut memakai atribut
tersebut merasa ia seperti ditindas layaknnya Belanda menjajah Indonesia.
Selain itu di beberapa sekolahan juga menerapkan hukuman fisik yang cukup berat
bagi siswa yang berani menentang perintah dari panitia OSIS atau kakak senior
di sekolah.
1.2 Rumusan Masalah
Dari paparan diatas kami menyimpulkan terdapat
beberapa masalah yakni seperti berikut:
a. mengapa kekerasan sering terjadi dalam
pelaksanaan MOS di Indonesia?
b. apa perbedaan antara pelaksanaan MOS di
Indonesia dengan pelaksanaan MOS di luar negeri?
c. Bagaimana Solusi untuk mencegah praktik
kekerasan yang sering terjadi didalam pelaksanaan MOS di Indonesia?
1.3 Tujuan
a. Memberikan wawasan kepada para pembaca
mengenai berbagai penyalahgunaan MOS di Indonesia
b. Memberikan paparan kepada para pembaca
tentang perbedaan antara pelaksanaan MOS di Indonesia dengan pelaksanaan MOS di
luar negeri
2. PEMBAHASAN
2.1 Hakikat MOS
Kita
sebagai seorang pelajar harusnya tahu, bahwa hakikat dari MOS adalah
pembentukan karakter dan sikap peserta didik baru yang disesuaikan dengan tata
tertib di sekolah baru yang ia tempati. Hal
ini bertujuan agar para peserta didik dapat cepat menyesuaikan diri dengan
situasi dan kondisi dari sekolah yang mereka tempati. Namun mengapa sering
terjadi praktik kekerasan dalam MOS?. Kekerasan disini dapat kita bedakan
menjadi 2, yang pertama karena faktor kasih sayang, dapat diartikan bahwa
panitia ingin membentuk karakter siswa yang bisa membuatnya berpikiran maju dan
dapat memajukan sekolahnya.
Yang kedua karena factor sebagai penguasa, dapat
diartikan layaknya Belanda menjajah Indonesia, kita ketahui sendiri bahwa
Indonesia menduduki peringkat pertama dalam hal kasus bully di sejumlah sekolah
di Indonesia dan inilah praktek yang sering kita jumpai tatkala terdapat event
MOS, para panitia/kakak senior semena-mena dalam mendidik adik-adiknya menjadi insan yang mulia mereka
ingin membalas dendam perlakuan keras kakak senior terdahulunya dengan
memberlakukan hukuman fisik atau kekerasan terhadap para peserta didik baru dan
hukuman tersebut terlalu berlebihan dan memberatkan para peserta didik. Dan hal
tersebut juga dapat memakan korban seperti halnya berita akhir-akhir ini yang
mengabarkan puluhan peserta didik baru meninggal gara-gara MOS, misal Evan Christopher
Situmorang meninggal dikarenakan
kelelahan saat mengikuti MOS.
2.2 Perbedaan
Pelaksanaan MOS di Indonesia dan di Luar Negeri
Pelaksanaan MOS di Indonesia berbeda dengan di Luar
Negeri dalam segi pelaksanaan sudah sangat berbeda misal dalam hal pemakaian
atribut di Indonesia diperlakukan seperti halnya memakai atribut yang aneh seperti
halnya pemulung. Ada beberapa factor yang pertama Lebih mengedepankan “siksaan”
fisik daripada tujuan orientasi sekolah itu sendiri, yang kedua adalah budaya
penjajahan untuk bangsa yang terjajah maksudnya dalam pelaksanaan MOS para
panitia dianggap menindas atau memperlakukan para peserta didik baru dengan
semena-mena atau bisa dikatakan menggunakan kekerasan.
Kemudian
mengenai pelaksanaan MOS di luar negeri sangat berbeda sekali dengan
pelaksanaan MOS di Indonesia, disana pelaksanaan MOS di lakukan dengan
menjunjung tinggi HAM, jadi siswa yang melakukan MOS di sana diperlakukan
dengan wajar dan jikalau para peserta didik itu melakukan suatu kesalahan, cukup hanya dengan lisan setelah itu akan
diberikan motivasi dan juga
pengarahan yang dapat merangsang otak agar dapat berpikir maju. Maka dari
itulah, pendidikan di luar negeri dapat menciptakn generasi yang berpikiran
maju dan memiliki SDM yang tinggi sehingga, dapat memajukan bangsa dan Negara
nya sendiri.
2.3 Solusi pelaksanaan
MOS di Indonesia
Berikut merupakan beberapa solusi yang dapat
mengantisipasi penggunaan kekerasan dalam MOS terutama di wilayah Indonesia di
antaranya
1. Kepala Sekolah dapat melakukan
sosialisasi mengenai prosedur pelaksanaan MOS.. kepada para panitia sebelum kegiatan tersebut berlangsung
2. Pembuatan Web yang sekarang ini sudah
berjalan dari pihak Kemendiknas, yang bertujuan agar siswa yang merasa
diperlakukan kasar saat MOS berlangsung dapat diungkapkan lewat website
tersebut, agar dapat ditindak lanjuti dari pihak Kemendiknas.
3. Jikalau sampai terjadi korban jiwa saat pelaksanaan MOS
pihak kepolisian dan juga gabungan tim penyidik lain dapat melakukan olah TKP
dan jika terbukti pihak sekolah dapat dikenai sanksi.
4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan MOS di Indonesia
perlu mendapatkan perhatian khusus dari pihak Kemendiknas, sekolah dan juga
masyarakat setempat agar dapat meminimalisir korban akibat kekerasan dalam MOS.
Selain itu terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara pelaksanaan MOS di
Indonesia dengan luar negeri misal dalam hal persyaratan dalam mengikuti MOS
para pesserta didik baru di Indonesia diharuskan membawa atribut yang aneh,
dimana para peserta didik itu merasakan dirinya itu diperlakukan layaknya
pengemis atau rakyat yang ditindas, sedangkan di luar negeri para peserta didik
baru masuk menggunakan seragam yang layak diperlakukan dengan sangat baik dan
di didik dengan penuh kasih sayang dan diberi motivasi agar bisa menjadi
generasi yang dapat memajukan bangsa dan negara
4.2 Saran
a. Sebaiknya pelaksanaan MOS di Indonesia perlu mendapat
perhatian khusus dan perlu mendapat pengawasan terutama dari pihak sekolah,
agar praktik kekerasan terhadap siswa MOS tidak terjadi.
b. Selain itu pihak Kemendiknas juga ikut turun tangan dalam
mengatur prosedur pelaksanaan MOS di Indonesia, supaya tidak ada lagi korban akibat
senioritas saat MOS berlangsung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar